Selasa, 10 Mei 2011

Hanya sekedar perenungan dari obrolan teman2 yang aku rangkum dalam sebuah catatan



Sebanyak 30 persen lulusan perguruan tinggi(PT) tidak terserap dunia kerja setiap tahunnya. Kementerian pendidikan nasional menduga hal ini disebabkan karena ketidakcocokan antara kualifikasi lulusan dengan lowongan pekerjaan yang tersedia. Miris kita melihat fakta pedih tak terbantahkan seperti itu. Bahwa lulusan PT, yang telah menghabiskan banyak dana dan sekian tahun menempuh pendidikan, ternyata masih banyak yang menganggur. Itulah salah satu masalah klasik yang saat ini kita rasakan: pengangguran terdidik.

Fenomena yang menyentakkan dada semacam itu terjadi karena terdapat ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan jenis lowongan kerja yang tersedia. Bahkan, menurut Kemendikanas, ada beberapa jurusan yang telah mengalami titik jenuh, pasalnya, jumlah lulusan terus membludak tiap tahun, namun tidak diiringi tambahan lapangan kerja dalam bidang yang dimaksud. Fakultas hukum dan manajemen, menjadi contoh nyata.


Ibarat nasi telah menjadi bubur, fenomena diatas tak patut disesali berlebihan. Apalagi diratapi tak berkesudahan. Kita mesti mampu melihat peluang ditengah tekanan. Bukankah selalu ada kelapangan setelah kesulitan? Lalu, apa solusi tepat bagi pengangguran terdidik yang tiap tahun bertambah 200 ribu orang?
Tamapaknya  ada yang salah dengan sitem pendidikan kita. Melihat fakta diatas, sudah waktunya bagi pemerintah untuk mengubah mainstream pendidikan selama ini. Yakni pendidikan mesti condong kepada entrepreneurship. Pendidikan yang bersifat wiraswasta tampaknya perlu dicoba, sehingga, anak didik mulai dari tingkat dasar(SD) hingga PT tak canggung untuk mencoba bergerak di bidang wirausaha.

System pendidikan kita selama ini, harus diakui, lebih mengandalkan hafalan ketimbang praksis nyata. Akibatnya produk pendidikan lebih tergerak untuk memburu, melamar dan mencari pekerjaan. Tidak menciptakan, mengusahakan atau mengkreasi pekerjaan. Inilah barangkali “ kesalahan” utama kita. Akibatnya, banyak lulusan PT yang tak pede untuk bergerak dibidang swasta, padahal peluang ini amat menjanjikan. Data menunjukkan bahwa baru 0,18 persen dari jumlah penduduk yang menjadi pengusaha(baca enterpreneur) padahal syarat minimal agar mampu bersaing dalam pasar global harus memiliki 2 persen penduduk yang bergerak dibidang wira usaha